Terumbu karang adalah salah satu ekosistem yang paling beragam dan produktif di planet ini, menyediakan habitat bagi ribuan spesies laut dan mendukung mata pencaharian jutaan orang. Namun, ekosistem kritis ini terancam oleh berbagai faktor, termasuk perubahan iklim, polusi, dan penangkapan ikan berlebihan. Sebelum membaca lebih lanjut yuk mampir ke OKEPLAY777
Salah satu ancaman paling mendesak yang dihadapi terumbu karang adalah pemanasan lautan akibat perubahan iklim. Saat suhu lautan naik, terumbu karang mengalami peristiwa pemutihan yang lebih sering dan parah, yang terjadi ketika karang mengeluarkan ganggang simbiotik yang memberi warna dan nutrisi. Tanpa ganggang ini, karang menjadi stres dan akhirnya bisa mati.
Untuk membantu mengatasi ancaman ini, para ilmuwan dan konservasionis mengeksplorasi berbagai pendekatan, mulai dari mengurangi emisi karbon hingga memulihkan terumbu yang rusak. Salah satu pendekatan menjanjikan yang mendapat perhatian dalam beberapa tahun terakhir adalah penggunaan robot untuk membantu menyelamatkan terumbu karang.
Robot semakin banyak digunakan dalam berbagai aplikasi, mulai dari manufaktur hingga perawatan kesehatan hingga eksplorasi. Dalam beberapa tahun terakhir, para peneliti mulai mengeksplorasi bagaimana robot dapat digunakan untuk membantu melindungi dan memulihkan terumbu karang.
Salah satu perusahaan yang berada di garis depan dalam upaya ini adalah perusahaan robotika Australia, QUT Robotics. Perusahaan telah mengembangkan robot bawah air khusus, yang dikenal sebagai RangerBot, yang dapat mengidentifikasi dan menargetkan bintang laut berduri, spesies yang memakan karang dan bertanggung jawab atas sebagian besar kerusakan terumbu karang di Great Barrier Reef dan wilayah lainnya. .
RangerBot menggunakan kecerdasan buatan dan visi komputer untuk mengidentifikasi bintang laut, dan kemudian menggunakan jarum untuk menyuntikkan cuka dalam dosis yang mematikan ke dalam bintang laut, membunuhnya dalam waktu 24 jam. Robot dapat beroperasi hingga delapan jam sekaligus dan dapat mencakup area terumbu karang yang luas dengan cepat dan efisien.
Selain RangerBot, para peneliti juga mencari cara lain agar robot dapat membantu melindungi dan memulihkan terumbu karang. Misalnya, beberapa peneliti sedang mengembangkan robot yang dapat mencetak 3D terumbu karang buatan, sementara yang lain sedang mengerjakan robot yang dapat menanam benih karang di area yang rusak.
Sementara penggunaan robot dalam konservasi terumbu karang masih dalam tahap awal, para peneliti optimis dengan potensinya. Robot dapat beroperasi di area yang sulit atau berbahaya untuk diakses manusia, dan dapat mengumpulkan data serta melakukan tugas dengan lebih efisien dan konsisten daripada yang dapat dilakukan manusia.
“Robot bisa menjadi pengubah permainan dalam perjuangan menyelamatkan terumbu karang,” kata Dr. Matthew Dunbabin, peneliti di QUT Robotics. “Mereka memiliki potensi untuk melakukan hal-hal yang tidak bisa kita lakukan dengan metode konservasi tradisional.”
Namun, ada juga tantangan dan keterbatasan penggunaan robot dalam konservasi terumbu karang. Misalnya, biaya pengembangan dan penerapan robot bisa tinggi, dan mungkin tidak efektif di semua jenis lingkungan terumbu karang.
Ada juga kekhawatiran tentang potensi konsekuensi yang tidak diinginkan dari penggunaan robot dengan cara ini. Misalnya, RangerBot secara tidak sengaja dapat menargetkan spesies lain yang tidak berbahaya bagi terumbu karang, atau dapat menyebabkan kerusakan pada terumbu karang itu sendiri jika tidak digunakan dengan hati-hati.
Terlepas dari tantangan ini, banyak peneliti dan konservasionis melihat potensi robot untuk membuat perbedaan nyata dalam perjuangan menyelamatkan terumbu karang. Dengan inovasi dan investasi yang berkelanjutan, robot dapat menjadi alat yang semakin penting dalam upaya melindungi dan memulihkan ekosistem kritis ini.
